Pages

Wednesday, November 14, 2012

Planet Mirip Bumi 'segera' Terbentuk


Bumi kita memerlukan miliaran tahun dan kondisi yang sempurna untuk tumbuh dan men-support kehidupan. Sekarang, kondisi yang sama sedang berlangsung jauh di luar sana, sekumpulan dust cloud sedang tumbuh membentuk sebuah planet yang mirip dengan bumi.

Para ahli astrofisika mengatakan dust cloud ini berputar mengelilingi sebuah bintang baru. Bintang muda ini berusia antara 10 sampai 16 juta tahun, cukup muda untuk ukuran sebuah bintang. Diduga suatu saat dust cloud ini akan berkondensasi dan memadat menjadi sebuah planet yang mirip dengan bumi.

Carey Lisse, Ph.D., seorang scientist sekaligus peneliti senior di Johns Hopkins Applied Phisics Laboratoy Laurel, mengungkapkan, "Apa yang sedang kami amati kami duga sebagai proses pembentukan sebuah planet terestrial, sebuah planet berbatu yang mirip dengan bumi, di dekat sebuah bintang."

Secara matematis, terdapat cukup material untuk membentuk sebuah planet. Dust belt yang amat sangat besar, lebih besar daripada asteroid kita, bisa kita temukan di sekitar bintang tersebut. Calon planet ini juga memiliki sabuk es yang mengitarinya, sehingga sangat mungkin terbentuk air di permukaannya.

"Planet ini terbentuk pada jarak yang benar-benar tepat, atau dengan kata lain sangat mendekati jarak terbentuknya bumi dari matahari." Dr. Lisse menambahkan. "Material ini bukan tipe planet gas raksasa dengan atmosfer yang sangat tebal, material ini akan terbentuk menjadi planet berbatu seperti Mars, Venus, atau Bumi."

Jarak dari bumi ke planet ini adalah sekitar 2,5 x 10 pangkat 15 mil atau 2.500.000.000.000.000 mil. Selain itu, butuh 100 juta tahun lagi sebelum planet ini benar-benar terbentuk sempurna.

Tertarik pergi ke sana? Perlu 430 tahun jika kamu naik pesawat yang kecepatannya setara kecepatan cahaya. Kalau naik Garuda? Hitung sendiri deh, hehe...

Bagaimana para astronom mengidentifikasi planet tersebut?

Sebagian besar area di luar angkasa dipenuhi awan padat, gas, dan debu yang menghalangi penglihatan. Akan tetapi cahaya inframerah dapat menembus awan-awan ini, sehingga dapat sampai ke bumi dan wilayah mana pun di luar angkasa.

Sebuah teleskop canggih bernama Spitzer Space Telescope diluncurkan pada 25 Agustus 2003 silam. Spitzer Telescope mendeteksi radiasi inframerah yang dipancarkan oleh benda-benda luar angkasa, sehingga dapat mendeteksi wilayah-wilayah luar angkasa yang tidak terdeteksi oleh teleskop optik.

Meskipun sebagian besar radiasi inframerah ini terblok oleh atmosfer sebelum bisa sampai ke bumi, metode ini sangat membantu para astronom mengamati objek yang lebih dingin, seperti bintang mini yang terlalu redup untuk bisa dilihat, planet-planet extrasolar, awan raksasa, dan molekul-molekul lain termasuk molekul organik.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More