Pages

Wednesday, December 7, 2011

Seikat Cerita Terminal

semua hal bercerita di sini. wajah yang berbeda, dengan cerita yang berbeda pula. mengendap, menunggu bertemu orang-orang yang sudi memungut ke dalam hati yang lapang. pesan-pesan yang tersirat dalam, menunggu seseorang menggali arti di dalamnya.

seorang kakek tua berpeci duduk di sebuah emperan sambil menggenggam sebatang rokok, menyembulkan asap lewat gigi yang sudah tidak lengkap lagi jumlahnya. keriput di tangannya menandakan ia adalah seorang pekerja keras. sekilas dia tersenyum menerawang langit.

ada kenangan.

di sebuah warung seorang supir bus menyeruput segelas kopi panas dengan tergesa-gesa. mengambil kunci dan berteriak kepada pemilik warung untuk menambahkan kopi yang baru saja diminumnya ke dalam daftar hutangnya. pemilik warung terseyum dan memberi kode dengan melambaikan tangan.

ada kepercayaan.

di dalam bus seorang kondektur marah-marah kepada seorang bapak-bapak yang naik bus tanpa membawa uang sepeserpun. bapak-bapak itu diam saja, menunggu beberapa orang melerai mereka. si kondektur lalu meninggalkannya sambil uring-uringan.

ada keangkuhan.

seorang wanita di dalam bus sedang merasa tersiksa karena panasnya udara di dalam bus. belum lagi bau asap rokok dari pria di sampingnya. ia mengeluh baru pertama kali naik bus ke luar kota. sesekali keringat di dagunya ia usap dengan tisu basah.

ada satu pelajaran.

di depan sebuah warung yang agak ramai, seorang bapak tua sedang bernyanyi diiringi alunan gitar. dia memandang ke sekeliling warung, berharap ada orang yang menjulurkan recehan kepadanya. seratus, dua ratus, dia tahu dari yang sedikit itu akan menjadi nasi yang mengisi dagingnya.

ada harapan.

pedagang asongan yang masih belia -sekitar belasan tahun- sedang berjalan menuruni trotoar. sesekali melompat menghindari jalan yang becek dan berlubang. tak peduli atas perut yang mulai lapar atau kaki-kaki yang lecet, apalagi hanya panas matahari yang sudah menjadi teman bermainnya sepanjang siang. berharap seseorang memanggil dan membeli satu barang dagangannya, tapi tak kunjung harapannya terkabul.

ada kepasrahan.

seorang laki-laki membawa satu kotak barang dagangan, berjalan menuju seorang ibu dengan bayi di pangkuannya. ibu-ibu itu duduk di sebuah tikar di bawah pohon besar, sedang menunggu pembeli. di depannya ada sebuah meja berisi toples-toples makanan kecil dan sebakul penuh nasi bungkus. mereka kemudian bergabung dan saling berbicara, menghilangkan rasa capek dan penat setelah seharian bekerja. tampak sebuah keluarga yang bahagia.

ada seucap syukur.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More